Definisi Sombong (Kibr)

Segala puji hanya milik Allah ‘Azza wa Jalla. Sholawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi was sallam kepada istri-istri beliau dan seluruh sahabatnya Ridwanullah alaihim ajma’in.

Sombong merupakan sifat yang amat tercela dalam islam. Bahkan iblislah yang menunjukkan sikap ini pertama kali di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Azza wa Jalla berfirman,
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah (sujud dalam rangka penghormatan dan pemuliaan)[1] kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Namun ia enggan dan sombong. Dia termasuk golongan orang-orang yang kafir”.
(Qs 2,al-Baqarah: 34).

Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairiy mengatakan,
“Makna (اسْتَكْبَر) maknanya adalah memandang agung diri sendiri sehingga hal ini menghalingi iblis untuk sujud kepada Adam sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan melahirkan sifat hasad kepada Adam”[2].

[Defenisi Sombong Menurut Hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda sebagaimana yang dicantumkan Imam Muslim dalam kitab Shohihnya,
"Muhammad bin Al Mutsannaa, Muhammad bin Basyaar dan Ibrohim bin Diinar telah mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Hammad – Ibnu Mustannaa mengatakan, Yahya bin Hammaad telah mengabarkan kepadaku – Syu’bah Telah mengabarkan kepada kami dari Abaana bin Taghlib dari Fudhail al Fuqoimiiy dari Ibrohim An Nakho’ii dari ‘Alqomah dai ‘Abdullah bin Mas’ud dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, Beliau bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang pada hatinya ada secercah kesombongan”. Kemudian salah seorang laki-laki mengatakan, “Sesunggunhnya ada seorang laki-laki yang suka memakai pakaian yang bagus dan sandal yang bagus pula (apakah ini termasuk keseombongan wahai Nabi)?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan, “Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Indah dan Dia menyukai keindahan, (yang dimaksud dengan sombong adalah) menolak kebenaran dan merendahkan manusia”[3].
Kesombongan di dalam hati dapat saja berupa kesombongan dari menerima kebenaran dan benci pada kebenaran maka kesombongan yang menjadikan pemiliknya kafir dan kekal dalam neraka. Hal ini berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla,
“Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quran yang merupakan kebenaran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka”.
(Qs 47 Muhammad: 9).

Dan tidaklah dihapuskan seluruh amal seseorang melainkan ia telah kafir terlebih dahulu. Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ,
“Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.
(Qs 2 al-Baqarah: 217).

Adapun jika kesombongan itu berkaitan dengan manusia lainnya dan merasa lebih mulia dibanding orang lain serta tidak merasa enggan/sombong dari penghambaan kepada Allah maka kesombongan yang semisal ini tidaklah menyebabkan pelakunya tidak dapat memasuki surga selamanya. Melainkan ia harus menerima adzab/siksa dari perbuatannya tersebut jika telah bersih maka ia akan memasuki surga.

Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengutarakan hadits di atas ada seorang laki-laku yang bertanya, “Wahai Rosulullah ada seorang laki-laki yang suka memakai baju dan sandal yang bagus apakah hal ini termasuk kesombongan?” Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan, “Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Indah dan Mencintai keindahan”. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat Yang Maha Indah secara dzatiyah, fi’liyah (perbuatan) dan shifatiyah. Maka setiap yang berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah indah dan tidak hina.

Maksud dai hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam () Allah adalah Dzat yang mencintai keindahan adalah Allah Azza wa Jalla menyukai seorang hamba yang memperindah pakaiannya, sendalnya dan badannya serta seluruh bagian dirinya. Karena keindahan adalah sesuatu yang memikat/disukai hati manusia dan manusia tidak menyukai kebalikannya[4].
Mudah-mudahan artikel ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian agar kita terhindar darinya.
Sigambal,
Menjelang Berangkat Kerja,
09 Shafar 1433 H/ 03 Januari 2012 M
Aditya Budiman bin Usman.
________________________________________

[1] Lihat Tafsir Jalalin oleh Jalaluddin Al Mahalliy dan Jalaluddin As Suyuthiy dengan tahqiq Shofiyurrohman Al Mubarokfuriy hal. 15 terbitan Darus Salam, Riyadh, KSA.
[2] Lihat Aytsarut Tafaasiir oleh Abu Bakr Jabir Al Jazairiy hal. 35 terbitan Maktabah Al ‘Uluw wal Hikaam, Madinah, KSA.
[3] HR. Muslim no. 91 dan Abu Dawud 4091.
[4] Penjelasan Hadits di atas kami sarikan dari kitab Syarh Riyadhus Sholihin oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin hal. 402/II terbitan Darul Aqidah, Kairo, Mesir.