>>Bunga Tidur<<
Seorang manusia apabila tidur, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewafatkannya, yang dikenal dengan kematian shugra (kecil) Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya ; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikan itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir"
(QS. Az Zumar:42)
Tidur dikatakan dengan kematian kecil dikarenakan saat itu ruh pergi kemana saja sekehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh sebab itu diantara do’a tidur yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam adalah:
"Dengan namaMu Tuhan saya berbaring dan denganMulah saya terjaga, apabila Engkau menahan jiwaku, (mewafatkanku) ampunilah dia, dan jika Engkau melepaskannya (menghidupkannya), jagalah dia sebagaimana Engkau menjaga (ruh) hamba-hamba-Mu yang shalih"
(HR. Bukhari dan Muslim)
Macam-macam mimpi
Mimpi terbagi atas tiga macam : mimpi yang disukai (baik), mimpi yang tak bermakna dan mimpi yang dibenci (buruk). Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda:
"Mimpi itu ada tiga macam : Berita gembira dari Allah (mimpi baik), mimpi dari diri sendiri/ ungkapan jiwa (mimpi tak bermakna) dan gangguan syaithan (mimpi buruk)"
(HR. Ahmad)
1. Mimpi yang disukai (Baik)
Yaitu apabila seseorang melihat dalam mimpinya sesuatu yang ia sukai. Sesungguhnya mimpi ini datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hal ini merupakan suatu nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada manusia, karena apabila seorang manusia melihat hal-hal yang ia sukai maka hal tersebut dapat menambah semangat dan kegembiraannya dan menjadikan sebagai berita gembira baginya karena diantara berita gembira yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada seorang muslim di dunia adalah mimpi yang baik yang ia mimpikan sendiri atau yang dimimpikan orang lain tentangnya. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda:
"Tidaklah tinggal dari tanda-tanda kenabian kecuali berita-berita gembira", para shahabat bertanya :"Apa itu berita-berita gembira?", Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda: "Mimpi yang baik" (HR. Bukhari) Dan dianjurkan baginya untuk menceritakan mimpi yang baik itu kepada orang lain sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam:
"Apabila salah seorang dari kalian melihat mimpi yang ia sukai maka sesungguhnya ia datangnya dari Allah Ta’ala maka bertahmidlah (ucapkan "Al hamdulillah") dan kabarkanlah mimpi baik tersebut (kepada orang lain)"
(HR. Bukhari dan Muslim)
2. Mimpi yang tidak mempunyai makna dan tujuan
Mimpi jenis ini terkadang muncul dari diri sendiri mungkin karena memikirkan sesuatu atau terlalu sibuk akan suatu urusan sehingga hal tersebut muncul dalam mimpinya. Atau bisa jadi mimpi ini merupakan permainan syaithan sebagaimana dalam hadits riwayat Imam Muslim, diriwayatkan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam:
"Sesungguhnya saya telah bermimpi (melihat) kepalaku telah terputus (dari badanku) lalu saya mengikutinya dari belakang, maka Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam mencelanya dan bersabda : "Janganlah kamu ceritakan (kepada orang lain) permainan syaithan terhadapmu di dalam mimpi(mu)"
(HR. Muslim)
3. Mimpi Buruk
Yaitu apabila seseorang melihat dalam mimpinya sesuatu yang ia benci. Mimpi ini datangnya dari syaithan yakni dengan menampakkan hal-hal yang jelek, yang dengannya seorang manusia dapat terkejut, sedih dan bisa jadi hingga membuatnya sakit, karena syaithan adalah musuh manusia, mereka menyukai apa yang dibenci oleh manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
"Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaithan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal"
(QS. Al Mujaadalah: 10)
Untuk itu apabila seseorang melihat mimpi yang buruk hendaknya ia meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kejahatan-kejahatan syaithan dan keburukan-keburukan yang ia lihat di dalam mimpinya, dan mimpi buruk ini jangan disampaikan kepada orang lain karena bagaimana pun buruknya mimpi tersebut, hal tersebut tidak dapat membahayakannya. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda:
"Apabila (kalian) melihat selain dari itu (mimpi baik) berupa hal-hal yang dibenci, maka sesungguhnya itu datangnya dari syaithan maka berlindunglah (kepada Allah) dari kejahatannya (syaithan) dan janganlah ia menceritakannya kepada seorangpun, karena mimpi tersebut tidak membahayakannya"
(Muttafaqun ’Alaihi)
Namun disayangkan yang terjadi sekarang, sebagian orang apabila ia melihat hal-hal yang buruk dalam mimpinya justru berusaha untuk mencari tahu ta’wil dari mimpi tersebut baik dengan mencarinya di dalam buku-buku atau dengan menanyakan langsung kepada orang lain tanpa menyadari bahwa dengan mengungkapkan mimpi buruknya kepada orang lain bisa jadi hal tersebut bisa menjadi suatu kenyataan, jika Allah menghendaki.
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menurunkan penyakit kecuali ada obatnya, demikian pula dengan mimpi buruk. Dan diantara obat dari mimpi buruk tersebut adalah:
a. Meludah ke kiri sebanyak 3 kali dan berta’awwudz kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kejahatan syaithan dan keburukan yang ia mimpikan sebanyak 3 kali kemudian merubah posisi tidur ke sisi yang lain. Apabila ia berbaring pada sisi kiri maka ia merubahnya ke sisi kanan begitupula sebaliknya. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda:
"Apabila salah seorang dari kalian melihat mimpi yang ia benci, maka hendaknya ia meludah ke kiri sebanyak 3 kali dan berlindunglah kepada Allah dari kejahatan syaithan sebanyak 3 kali dan rubahlah posisi tidurnya dari posisi sebelumnya ke posisi lainnya"
(HR. Muslim)
b. Apabila hal-hal di atas telah dilakukan, namun mimpi buruk tersebut masih juga datang, maka hendaknya ia bangun, berwudhu kemudian shalat, dan jangan ia menceritakannya kepada orang lain dengan mengatakan: "Saya telah bermimpi begini dan begitu", akan tetapi hendaknya ia menyembunyikan mimpi buruk tersebut, seakan-akan ia tidak pernah memimpikannya. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda:
"Dan apabila ia melihat (dalam mimpinya) sesuatu yang ia benci, maka janganlah ia menceritakannya kepada seorangpun dan hendaknya ia bangun kemudian shalat"
(HR. Ahmad) Mimpi bertemu Nabi
Apabila seseorang bermimpi bertemu Nabi maka sesungguhnya ia telah benar-benar melihat beliau, karena syaithan tidak bisa meniru wujud Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam, Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda:
"Barang siapa yang melihatku dalam mimpi, sesungguhnya ia akan melihatku dalam keadaan terjaga atau seakan-akan melihatku seperti dalam keadaaan terjaga (karena) syaithan tidak dapat meniru wujudku"
(HR. Bukhari dan Muslim)
Berkata tabi’in Muhammad bin Sirin رحمه الله (beliau adalah imam dalam ta’bir mimpi) tentang makna hadits di atas : "Hal tersebut (ia benar-benar melihat Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam) apabila sesuai dengan ciri-ciri yang ada pada Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam".
Diriwayatkan bahwa apabila seseorang datang kepada Muhammad bin Sirin رحمه الله, dan mengatakan bahwa ia telah melihat Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam dalam mimpinya, maka beliau berkata kepadanya : "Sebutkan ciri-ciri orang yang engkau lihat dalam mimpimu itu?", apabila orang itu menyebutkan ciri-ciri yang tidak ada pada Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam, maka beliau berkata : "Sesungguhnya kamu tidak melihat Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam" (Lihat Fathul Bari 12:383-384)
Karenanya seseorang yang merasa pernah melihat Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam hendaknya mencocokkan ciri-ciri Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam dengan orang yang ia lihat dalam mimpinya, apa bila sama maka ia adalah Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam dan jika berbeda maka ia bukanlah Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam, akan tetapi ia hanyalah keragu-raguan yang dimunculkan oleh syaithan walaupun dalam mimpi tersebut ia mengaku sebagai Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam.
Adapun bagi yang mendapatinya sesuai dengan ciri-ciri yang ada pada Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam. maka hal yang wajib untuk diketahui adalah semua hadits-hadits dalam mimpi tersebut harus tidak bertentangan dengan syari’at, dalam artian bahwa apabila salah seorang datang dan mengatakan bahwa dia telah bertemu atau melihat Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam dalam mimpinya dan dia memerintahkannya untuk melakukan sesuatu atau melarang akan sesuatu, namun perintah atau larangan tersebut bertentangan dengan syariat maka berita tersebut adalah berita bohong yang dia buat-buat atau berita yang dia dapatkan dari syaithan, karena tidak mungkin sabda beliau Shallallahu ’alaihi wa Sallam berbeda dengan syariat yang pernah beliau bawa. Dan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam telah melarang untuk berbohong tentang mimpi dan telah menjulukinya sebagai pembohong besar. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya diantara kebohongan yang paling besar adalah (diantaranya) ...mengaku-ngaku pernah melihat (sesuatu dalam mimpinya) yang sebenarnya ia tidak melihatnya.."
(HR. Bukhari)
Kalau saja kita dilarang untuk mempercayai mimpi orang yang mengaku bertemu dengan Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam jika dia melarang atau memerintahkan yang tidak sesuai dengan syari’at, maka terlebih lagi jika hanya bermimpi bertemu syaikh fulan atau imam fulan yang mengajarkan ibadah-ibadah atau dzikir-dzikir bid’ah yang tidak ada dasarnya sama sekali baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah tentu jauh lebih kita tidak percayai. Kita memohon kepada Allah untuk senantiasa memberikan kita mimpi-mimpi yang indah dan di jauhkan dari mimpi-mimpi yang buruk..... Amin
Maraji’:Syarh Riyadhus Shalihin jilid 7 hal. 393-402, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin رحمه الله