Indahnya Ukhuwah


Bismillahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaikum Wr Wb,
Mungkin kita masih ingat lagu PELANGI ketika kita masih kecil: 
Pelangi-pelangi, alangkah indahmu
Merah kuning hijau, di langit yang biru
Pelukismu agung, siapa gerangan ?
Pelangi, pelangi
Ciptaan Tuhan (Allah SWT).

Saudara-saudaraku, menyimak syair lagu di atas dan jika kita lihat pelangi begitu indahnya, berwarna warni bersatu membuat komposisi yang begitu cantik..itulah salah satu ciptaan Allah yang sesungguhnya merupakan salah satu cara Allah SWT mengingatkan kita semoga kita termasuk orang-orang yang berfikir. Subhanallah.

Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan dengan perintah-Nya. Sesungguhnya dalam gejala-gejala itu terdapat ayat-ayat Allah (tanda-tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mempergunakan akal (berfikir) .QS. An Nahl:12

Imam Syahid Hasan Al Banna mengatakan:
”Yang saya maksud dengan ukhuwah adalah terikatnya hati dan ruhani dengan ikatan aqidah. Aqidah adalah sekokoh-kokohnya dan semulia-mulianya ikatan. Ukhuwah adalah saudaranya keimanan sedangkan perpecahan adalah saudaranya kekufuran. Kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan. Tidak ada persatuan tanpa cinta kasih. Standar minimal cinta kasih adalah kelapangan dada dan standar maksimal adalah itsar (mementingkan orang lain dari diri sendiri).”

“Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya sesama muslim, maka ALLAH SWT akan membelanya dari neraka kelak di hari Kiamat”
(HR Tirmidzi 1932, Ahmad 6/450)

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat”
(Al-Hujurat: 10)

Ayat ini dinamakan dengan ayatul ukhuwwah karena berbicara tentang konsepsi Qur’ani yang baku bahwa setiap orang yang beriman terhadap orang lain yang seakidah dengannya adalah bersaudara.

Konsep ukhuwwah yang berlandaskan iman ini tepat berada di pertengahan surah Al-Hujurat yang dinamakan juga dengan surah ‘Al-Adab’ karena isi kandungannya yang sarat dengan pembicaraan tentang adab dalam maknanya yang luas; adab dengan Allah, adab dengan RasulNya, adab dengan diri sendiri dan adab dengan sesama orang yang beriman.
Sesungguhnya perbedaan adalah sunnatullah yang tidak akan berubah.
Di sinilah iman yang berbicara menyikapi perbedaan tersebut dalam bingkai aqidah.

Berikut 7 kiat menghindari perpecahan sesama muslim, seperti diterangkan dalam AlQur’an Surat. Al Hujurat (QS 49) , semoga kita menjadi orang yang bersabar serta bertawakal, dan senantiasa selalu beramal ma’ruf nahi munkar, bersatu padu dalam ukhuwah…
Amien Ya Arhamarrohimiin

1. Tabayyun
Tabayyun berarti mencari kejelasan informasi dan mencari bukti kebenaran informasi yang diterima.
Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”
 (QS Al Hujurat :6)

2. ‘Adamus Sukhriyyah
Artinya tidak memperolok-olokkan orang atau kelompok lain.
Firman Allah SWT:
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah satu kaum memperolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olokkan)”
(QS Al Hujurat :11)

Ini yang agak sulit, karena jujur ana sendiri saat diolok2 atau difitnah, kadang emosi dan tidak bisa berpikir jernih sehingga ana balas mengolok2, maka sesungguhnya kita menjadi sama saja .
Sama2 suka memperolok-olokkan orang atau kelompok lain. Sebagai orang beriman hendaknya bila kita diolok2 atau difitnah kembalikan pada Allah SWT.
Karena hakikatnya diri kita adalah milik Allah SWT.

Bila kita bisa menekan rasa ego kita, insya Allah hidup tetap tenang walau di olok2 atau difitnah, sebagaimana yg dialami Nabi Muhammad saw dahulu waktu berdakwah, beliau diolok2, difitnah,dilempari batu, bahkan sampai akan dibunuh oleh kaum kafir Quraisy,tapi karena Nabi benar2 tawakkal pada Allah,maka Allah pun selalu melindungi beliau.

3. ‘Adamul Lamz
Maksudnya tidak mencela orang lain.
Ini ditegaskan dengan firman-Nya: “Dan janganlah kamu mencela diri sendiri’. Mencela sesama muslim, oleh ayat ini dianggap mencela diri sendiri, sebab pada hakekatnya kaum muslimin dianggap satu kesatuan.

Apalagi jika celaan itu adalah masalah status dan standar kebendaan. Allah sendiri menyuruh Rosul dan orang-orang yang mengikutinya untuk bersabar atas segala kekurangan orang-orang mukmin.

Sebagaimana Firman Allah di QS. Al Kahfi : 28 yang terjemahnya “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”

Misal mencela bodoh atau sesat atau tidak mendapat hidayah bagi yang berlawanan dengan pendapat kita.

Bila kita terus mencela, maka kita akan semakin dijauhi karena menunjukkan kita tidak sabar, dakwah/mengajak kepada kebaikan harus dengan bijak dan tutur kata yang bagus sebagaimana petunjuk Allah SWT, agar semua orang bisa merasakan Indahnya dan Damainya agama Islam ini.

Kecuali bila kita terus2an difitnah/dicela sampai melampaui batas, maka kita wajib membela diri dan dengan tegas memperingatkan mereka. Demi kebaikan sesama muslim.

Para sahabat, para ulama’2 ahlussunnah seperti Imam Madzhab yang 4, Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Baihaqi, Syekh Imam Ghozali, Syekh Abu Qosim al-Junaidi, Imam al-Qusyairi, Imam al-Maturidi tidak ada yang saling mencela walau berbeda pendapat masalah agama. Misal menurut ijtihad Imam Maliki anjing tidak najis,sedang menurut Imam Syafii anjing najis,begitu pula cara wudlu’ menurut Imam Maliki dan Imam Syafii itu ada yang tidak sama, bila cara wudlu’ Imam Maliki wajib mengusap semua kepala tanpa telinga sedang cara wudlu Imam Syafii wajib mengusap sebagian kepala walaupun sedikit.

Menurut Imam Maliki bersentuhan dg wanita bukan muhrim selama tidak dg telapak tangan tidak membatalkan wudlu’ sedang menurut Imam Syafii bersentuhan dg wanita bukan muhrim dg telapak tangan maupun dg belakangnya itu membatalkan wudlu’.

Cara sholat berjamaah (subuh,maghrib dan Isya’) menurut Imam Maliki, imam sholat tidak mengeraskan bacaan basmalah saat membaca surat Fatihah, sedang menurut Imam Syafii, imam sholat mengeraskan bacaan bismillah dlm fatihah saat sholat berjamaah,karena bismillah merpakan ayat pertama dari Fatihah menurut Imam Syafii

4. Tarkut Tanabuz
Yakni meninggalkan panggilan dengan sebutan-sebutan yang tidak baik terhadap sesama muslim.
Ini berdasarkan firman Allah SWT:
“Dan janganlah kamu saling memanggil dengan sebutan-sebutan (yang buruk)”
(QS Al Hujurat :11)

Tanabuz dalam bentuk yang paling parah adalah berupa pengkafiran/penyesatan terhadap orang yang beriman. Pada kenyataannya masih saja ada orang atau kelompok yang dengan begitu mudahnya menyebut kafir/sesat kepada orang yang tidak tertarik untuk masuk ke dalam kelompok tertentu seperti golongan Khowarij.

5. Ijtinabu Katsirin minadzdzan
Allah SWT berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa”
(QS Al Hujurat :12)

Pada dasarnya seorang muslim harus berbaik sangka terhadap sesamanya, kecuali jika ada bukti yang jelas tentang kesalahan tersebut.

6. Adamut Tajassus
‘Adamut Tajassus adalah tidak mencari-cari kesalahan dan aurat orang lain.

Perbuatan ini amat dicela Islam. Allah SWT amat suka bila kita berusaha menutup aib saudara kita sendiri. Firman Allah SWT:
” Dan janganlah kamu sekalian mencari-cari kesalahan (dan aurat) orang lain”
(QS Al Hujurat :12)

Dari pada sibuk mencari kesalahan orang lain lebih baik kita bermuhasabah agar kita jadi lebih baik dan terus lebih baik

7. Ijtinabul Ghibah
Allah SWT menegaskan:
“Dan janganlah kamu sekalian menggunjing sebagian lain.Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?…”
(QS Al Hujurat :12)

Ghibah sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah SAW adalah menceritakan keburukan dan kejelekan orang lain. Ketika seseorang menceritakan kejelekan orang lain, maka ada dua kemungkinan yang terjadi.

Pertama, jika yang diceritakannya benar-benar terjadi maka itulah ghibah. Kecuali untuk menjelaskan keburukan2 kelompok atau seseorang dg tujuan agar tidak banyak orang terpengaruh dan ikut sesat dg kelompok sesat atau orang2 yg sesat.

Juga agar kaum muslim lebih waspada terhadap kelompok2 yang sesat dalam Islam yang nyata2 bertentangan dg Qur’an dan Hadits .

Kedua, jika yang diceritakannya itu tidak terjadi berarti ia telah memfitnah orang/kelompok lain.
Begitu besarnya dosa ghibah, sampai Allah SWT menyamakan orang yang melakukannya dengan orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri

Semoga kita semua bisa membaca dan memahami Qur’an dengan baik dan benar, juga semoga kita selalu dirahmati Allah SWT sehingga mampu mengamalkan isi dari Qur’an tersebut….Aamiin Allahumma Aamiin Alhamdulillahirobbil’aalamiin

Wassalamu’alaikum Wr Wb
A.Jimmy Maulani,SE