Islam Adalah Agama Yang Rahmatan Lil ‘alamiin


Asalamu’alaikum Wr .Wb.
Saudara-saudaraku mari kita sejenak merenung tentang kehidupan yang begitu beragam di dunia ini. 

Allah menciptakan dengan kesempurnaan DzatNya yang tak akan pernah tertandingi oleh apapaun, karena Dialah Sang Maha Pencipta yang Menguasai Hari Pembalasan.

Allah SWT menciptakan manusia kemudian hidup berkelompok, berinteraksi, berkembang biak dan Allah SWT telah memberikan kelebihan kepada manusia dibandingkan dengan mahluk Allah lainnya yaitu Akal & Fikiran.

Akal & Fikiran ini menjadi baik yaitu dengan adanya pentunjuk dari Sang Kholiq Dzat Yang Esa, petunjuk itu diturunkan oleh Nya melaui Utusan-Utusan Nya (Rasul2 Nya).

Alhamdulillah petunjuk itu bisa kita rasakan manfaatnya sampai saat ini, ialah petunjuk Islam dengan Al Qur’an sebagai kitab suci penuntun kita. Subhanallah…..

Marilah kita bersyukur atas nikmat keislaman ini.
Islam Adalah Agama yang besar karena kebenarannya akan tetapi islam juga adalah Agama yang toleran, tidak memaksakan kehendak, karena Islam adalah AGAMA RAHMATAN LIL ‘ALAMIIN .

Salah satu ciri Islam yang penting adalah, Islam berusaha untuk menguatkan perdamaian untuk umat manusia, dan untuk tercapainya tujuan itu Islam meletakkan dasar toleransi beragama.

Salah satu ajaran pokok Islam yang mendapat tempat pertama adalah pengakuan kebenaran semua utusan Tuhan yang diutus-Nya untuk petunjuk bagi manusia yang untuknya mereka diutus sejak masa Adam a.s.

PERBEDAAN umat manusia, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa, adat-istiadat, budaya, bahasa serta agama dan sebagainya, merupakan fitrah dan sunnatullah yang sudah menjadi ketetapan Allah SWT.

Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah SWT,
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujurat 13)

Islam memiliki 5 Rukun Iman, yaitu :
Iman Kepada Allah (Tuhan seru sekalian Alam, Sang Pencipta dan Esa)
Iman kepada malaikat Allah
Iman kepada Rosul Allah (Utusan Allah)
Iman Kepada kitab Allah
Iman akan tibanya Hari Akhir, Qadar baik dan Qadar buruk.

Dalam Kitab suci Al Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengajarkan dasar bertoleransi sebagai berikut :
“Tiap-tiap Umat mempunyai Rosul, maka apabila telah datang rosul mereka diberikanlah keputusan diantara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya”
(QS.Yunus :47).

“……………… Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan, dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk”
(QS.Ar Ra’d : 7)

“Dan sesungguhnya telah kami mengutus rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) “sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu,…..”
(QS. Anahl: 37).

“Sesungguhnya kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan..”
(QS.Faathir:24)

Islam adalah agama pertama yang mengakui nabi-nabi dan seluruh agama yang diwahyukan (rukun iman), walaupun nabi-nabi agama-agama terdahulu itu memusatkan perhatian mereka hanya kepada bangsa-bangsa dan suku-suku tertentu yang kepadanya mereka diutus.

Nabi besar Muhamamd SAW diutus Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab tetapi untuk seluruh manusia.

“Katakanlah ‘Hai manusia , sesungguhnya aku adalah Utusan Allah untuk kalian semua yaitu Allah yang memiliki , tidak ada Tuhan selain Dia yang menhidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasulNya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimatNya (kitab-kitab)Nya dan ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk” (QS.Al A’raaf:158)

“Dan tidaklah kami utus engkau melainkan sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan kepada seluruh manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui .” (QS.Saba’:29)

Pernyataan bahwa Islam adalah agamanya yang rahmatan lil ‘alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari firman Allah Ta’ala,
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia”
(QS. Al Anbiya: 107)

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam diutus dengan membawa ajaran Islam, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah Rahmat bagi seluruh manusia.

Secara bahasa,
"Rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba"
(Lihat Lisaanul Arab, Ibnul Mandzur).
Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang.

Jadi, diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.

Mari kita lihat kembali sejarah Islam dan lihatlah betapa prinsip-prinsip toleransi beragama diterapkan.
Rasulullah SAW dan pengikut beliau menderita bertahun-tahun oleh penganiayaan di Mekkah sebelum berhijrah ke tempat yang lebih aman di Madinah yang letaknya 200 mil dari Mekkah.

Di sana Rasulullah SAW mengatur masyarakat kaum Muslimin dan salah satu langkah pertama yang beliau ambil adalah mengadakan perjanjian dengan tiga golongan utama di Madinah meliputi kaum Yahudi, pengikut-pengikut beliau di Madinah (Anshor) dan golongan Muslim dari Mekkah (muhajirin).

Dalam perjanjian pertama dengan golongan lain, kebebasan beragama diberikan kepada yang bukan muslim. Yahudi madinah bebas menjalankan agama mereka sendiri. Mereka bebas untuk hidup menurut kepercayaan dan amalan mereka sendiri.

Memang tak diragukan bahwa kemudian mereka dihalau dari Madinah tetapi itu bukanlah disebabkan kepercayaan agama mereka namun disebabkan mereka tidak setia kepada negara.

Nabi Besar Muhammad SAW juga memberi jaminan kebebasan kepada kaum Kristen Najran, menjamin perlindungan terhadap jiwa, harta dan agama mereka. Bahwa gereja-gereja mereka tidak akan dihancurkan dengan cara apapun.

Mereka tidak dibenarkan untuk diambil pajaknya secara tidak adil dan tidak dibenarkan ada gereja diruntuhkan untuk tujuan pembangunan Mesjid di tempat itu.

Seorang Muslim boleh menikahi wanita yang bukan Muslim, wanita itu bebas menjalankan kewajiban agama nya sendiri akan tetapi wajib memberikan pemahaman Islam dengan cara yang baik, bimbing serta do’akan semoga Allah memberi Hidayah Nya.

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siap yang dikehendaki-Nya “
(QS. 2 : 272)

“Tiada Paksaan untuk memasuki Agama (islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat…….”
(Al Baqoroh :256)

Rasululah SAW adalah seorang Negarawan yang wajib kita teladani
Islam berarti damai dan Nabi Besar Muhammad SAW selalu berusaha untuk menegakkan perdamaian dan membuat perjanjian-perjanjian damai dengan orang-orang yang memusuhi beliau, diantaranya adalah perjanjian Hudaibiah yang disetujui bahwa jika seorang kafir pergi kepada kaum muslimin dia harus dikembalikan.

Perjanjian ini membuktikan bahwa tidak ada pemaksaan yang digunakan terhadap orang kafir. 
Itu merupakan perjanjian toleransi beragama, Alquran hanya mengizinkan perang mempertahankan diri.

Sungguh tidak benar bahwa Islam menarik orang bukan islam dengan kekerasan dan paksaan, kenyatannya musuh-musuh Islam lah yang mengangkat senjata memerangi kaum muslimin.

Ketika pasukan Salib Kristen merebut Yerusalem dari tangan kaum muslimin, mereka tanpa belas kasihan membantai penduduknya, tetapi ketika Salahuddin merebut kembali kota itu beliau memberi kebebasan kepada semua orang Kristen, membantu merkea dengan makanan dan uang serta memberi mereka kebebasan untuk pergi dan suatu jaminan untuk diri, harta dan gereja-gereja mereka dan kepada setiap orang mereka membayar jizyah yang ditetapkan bagi mereka.

Lalu, apa itu as-samahah (toleransi)?
Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara lain:
Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
Kelemah lembutan karena kemudahan
Muka yang ceria karena kegembiraan
Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
Mudah dalam berhubungan sosial (mu’amalah) tanpa penipuan dan kelalaian
Menggampangkan dalam berda’wah ke jalan Allah tanpa basa basi
Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa ada rasa keberatan.
Selanjutnya, menurut Salin al-Hilali karakteristik itu merupakan

[a] Inti Islam
[b] Seutama iman
[c] Puncak tertinggi budi pekerti (akhlaq).

Dalam konteks ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda.
“Sebaik-baik orang adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur”
ditanyakan: Apa hati yang mahmum itu?
Jawabnya : ‘Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki’.
Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?.
‘Orang-orang yang membenci dunia dan cinta akhirat’.
Siapa lagi setelah itu?
‘Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur.”

Dasar-dasar As-Sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk menegaskan bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba-meliputi, baik lahir maupun batin.
Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak lahir dari hati, dari dalam.

Ini berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material maupun spiritual, lahir maupun batin.
Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi (as-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu’amalah (hablum minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallāh)
Banyak contoh toleransi Islam dapat dicatat dari sejarah Islam dan dapat juga dilihat di masa sekarang.
Kaum muslimin telah banyak menarik orang-orang kepada Islam dengan kasih sayang, simpati dan kerendahan hati.

Marilah saudara-saudaraku dalam menjalan kehidupan sehari-hari kita senantiasa berbuat baik kepada siapapun, ingatkan mereka jika salah, do’a kan dan yakinlah hanya kepada Allah SWT.
Meski demikian Aqidah adalah ketetapan Iman yang tidak bisa ditawar-tawar atau digadaikan.

Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.

"Katakanlah,”Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman"
(QS Al A’raf : 188).

Marilah kita berdo’a “semoga Alah SWT senantiasa menurunkan hidayahNya kepada kita semua, termasuk kepada orang-orang yang belum menerima hidayahNya (Islam)”. Amin ya robbal Alamiin

Bilahittaufiq wal hidayah Wassalamu’alaikum Wr Wb.
A. Jimmy Maulani, SE